Read This Post

LAPORAN PENENTUAN BILANGAN KOORDINASI Cu2+


PENENTUAN BILANGAN KOORDINASI Cu2+


  1. Tujuan
Untuk mengetahui bilangan koordinasi ion Cu2+

  1. Percobaan              
Penentuan Bilangan Koordinasi Ion Cu2+

  1. Hari, Tanggal        
Jumat, 12 Oktober 2012

  1. Tempat Percobaan
Laboratorium Kimia SMA Negeri 1 Klaten
  1. Dasar Teori

Proses pembentukan senyawa kompleks koordinasi adalah perpindahan satu atau lebih pasangan elektron dari ligan ke ion logam. Jadi, ligan bertindak sebagai pemberi elektron dan ion logam sebagai penerima elektron. Sebagai akibat dari perpindahan kerapatan elektron ini, pasangan elektron menjadi kepunyaan bersama antara ion logam dan ligan, sehingga terbentuk ikatan pemberi penerima elektron. Keadaan-keadaan antara mungkin saja terjadi, namun jika pasangan elektron itu terikat kuat pada kedua sarah tersebut, maka ikatan kovalen sejati dapat terbentuk. Bergantung pada susunan elektronnya, ion logam dapat menerima sejumlah pasangan elektron, sehingga ion logam itu dapat berikatan koordinasi dengan sejumlah ligan. Jumlah ligan yang dapat diikat oleh ion logam itu disebut bilangan koordinasi senyawa kompleks.
Pada beberapa senyawa kompleks koordinasi, ikatan antara ion logam dan ligan tidak begitu kuat. Bila dilarutkan dalam air, senyawa-senyawa kompleks yang memiliki bilangan koordinasi lebih dari satu berlangsung secara bertahap dalam penambahan ligan satu persatu. Mula-mula sekali terbentuk senyawa kompleks 1:1 antara ion logam dan ligan, kemudian 1:2 dan seterusnya. Misalnya pembentukan senyawa kompleks antara ion tembaga dan ligan NH3 .
Bilangan koordinasi menyatakan jumlah ruangan yang tersedia disekitar atom atau ion pusat dalam apa yang disebut bulatan koordinasi, yang masing-masingnya dapat dihuni satu ligan (monodentat). Bilangan koordinasi untuk ion tembaga dalam [Cu(NH3)4]2+ adalah 4. Kristal CuCl2. 6H2O dan kristal CuSO4. 5H2O adalah kristal yang berhidrat atau mengikat air, sehingga jika dilarutkan dalam pelarut air akan menyebabkan kristal Cu2+ berhidrat menjadi lebih banyak dilingkupi oleh air (proses sulvasi), sehingga pembentukan senyawa kompleks Cu (II) akan sulit dan berlangsung lambat. Namun apabila kristal berhidrat tersebut dilarutkan dalam pelarut yang mengikat hidrat , seperti alkohol 96%, maka proses pembentukan senyawa kompleks Cu (II) akan lebih mudah dan berlangsung cepat. Ammonia merupakan ligan netral

  1. Alat dan Bahan
1.       Tabung reaksi dan rak
2.       Pipet tetes
3.       Larutan CuSO4 0,5 M
4.       Larutan NH3 pekat dan encer 0,5 M
5.       Larutan (NH4)2SO4  1 M

G.     Langkah Kerja
·        Percobaan 1
1.       Sebanyak 2 tetes CuSO4 0,5 M dan 10 tetes larutan (NH4)2SO4  1 M ke dalam salah satu tabung. Perubahan warna diamati.
2.       Pada salah satu tabung yang lain, dimasukkan 10 tetes NH3 pekat dan 1 ml CuSO4 0,5 M. Perubahan warna diamati.

·         Percobaan 2
1.       Tabung reaksi sebanyak 12 tabung disiapkan. Masing – masing dimasukkan 2 tetes (NH4)2SO4  1 M dan CuSO4 0,5 M.
2.       Setiap tabung berturut – turut ditambahkan NH3(aq) 1 tetes, 2 tetes, 3 tetes hingga 12 tetes pada tabung yang ke duabelas. Perubahan warna diamati.


H.     HASIL PENGAMATAN
·         Percobaan 1
No.
Tabung ke-
Hasil Pengamatan
1.
1a
Jernih kebiruan
2.
1b
Biru sedang +3



·         Percobaan 2
No.
Tabung ke-
HasilPengamatan
1.
1
Biru jernih
2.
2
Biru jernih +1
3.
3
Biru jernih +2
4.
4
Biru muda +1
5.
5
Biru muda +2
6.
6
Biru muda +3
7.
7
Biru muda +4
8.
8
Biru muda +5
9.
9
Biru muda +6
10.
10
Biru muda +6
11.
11
Biru muda +6
12.
12
Biru muda +6

PEMBAHASAN
Percobaan ini memiliki keterbatasan, yakni ketidaksesuaian nomor tabung yang mengalami perubahan warna konstan antara teori dengan kenyataan (hasil percobaan). Hasil percobaan menunjukan bahwa tabung mulai konstan perubahan warnanya ketik berada pada tabung nomor 9. Sedangkan dalam teori menunjukan tabung ke-8. Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa kemungkinan, yaitu :
a)    Alat – alat percobaan ada yang masih kotor atau terdapat sisa dari percobaan praktikan sebelumnya.
b)   Kesalahan praktikan dalam mendeskripsikan perubahan warna karena warna dari tabung satu ke berikutnya sering hampir sama.
c)    Kesalahan praktikan saat meneteskan NH3 kurang dari yang seharusnya.

PERTANYAAN
1.     Pada tabung ke berapa pada percobaan no. 2 sudah tidak terjadi perubahan warna lagi?
2.     Berapa perbandingan mol CuSO4 dan mol NH3 pada tabung yang sudah tidak mengalami perubahan warna tersebut?
3.     Berpa bilangan koordinasi ion Cu2+ pada percobaan tersebut?
4.     Ramalkan rumus ion kompleks?
5.     Apa fungsi (NH4)2SO4 pada percobaan no. 2?

Penyelesaian :

1.    Pada tabung ke-9.
2.    mol CuSO4 0,5 M : mol NH3(aq) 0,5 M
= 2 tetes : 9 tetes
= 1 : 4,5
3.    Bilangan koordinasi Cu2+ adalah 4 (pembulatan).
4.    Rumus ion kompleksnya adalah [Cu(NH3)4]2+
5.    Kegunaan dari (NH4)2SO4  pada percobaan ini untuk memberi suasana asam agar tidak terbentuk endapan CuO atau Cu(OH)2 serta memudarkan warna dari biru menjadi biru kehijauan.
Kesimpulan
Bilangan Bilangan koordinasi Cu2+ adalah 4 dengan rumus ion kompleksnya adalah [Cu(NH3)4]2+.


Spread The Love, Share Our Article

Related Posts

No Response to "LAPORAN PENENTUAN BILANGAN KOORDINASI Cu2+"

Posting Komentar

silahkan komen seperlunya :D